Rabu, 08 Mei 2013

Respect Each Other

Distorsi karir di Indonesia ini sudah parah banget yah. Sayapun mengalaminya sendiri. Saya diminta untuk melaksanakan tugas yang merupakkn bukan sama sekali pekerjaan saya yang mana sayapun sama sekalu tidak mengerti tugas itu. Positifnya, mungkin atasan saya ingin saya lebih pintar atau saya ingin diberikan ilmu baru. Tetapi untuk orang seusia saya dan dengan pengalaman kerja seperti saya sudah saatnya saya settle di dalam satu jenis pekerjaan. Jika perusahaan butuh pekerja yang multi tasking sebaiknya mereka mencari pekerja muda yang tida punya pengalaman. Sekian

Terima kasih

Senin, 22 April 2013

Autism

Emang sih, kesannya muluk2 banget dan sok sosialis.. hmm.. tapi mungkin ajah tulisan ini bisa menjadi awal sebuah pemikiran yang berujung pada sebuah konsep yang terwujud. Atau mungkin hanya akan mejadi tulisan penghias wall facebook.. hahah.. hari esok tetap menjadi misteri, kita ga akan pernah tau. 

Pertama, yuk kita kenalan sama yang namanya AUTISM atau AUTIS. Banyak banget orang menjadikan kata autis dalam guyonan sehari-hari yang menggambarkan seseorang dalam keadaan yang terlalu asik dengan dunianya sendiri.. mungkin itu ada benarnya.. Nah, untuk lebih jelasnya yuk kita ikuti perjalanan cerita tentang Autis..

Pada suatu hari.. Autis pergi ke pasar.. (oke, ga gini juga sih..) SERIUS. OKE..



Penderita autis memiliki beberapa karakteristik seperti kesulitan berkomunikasi dan bersosialisasi. Penderita autis tidak tahu bagaimana mengekspresikan kesenangan atau kesedihannya. Mereka juga tidak tahu caranya berkomunikasi. “Seorang anak penderita autis tidak tahu bagaimana cara memanggil ibunya, mereka akan menyakiti diri sendiri, memukul dirinya hingga ibunya datang, begitulah salah satu cara mereka memanggil ibunya,” ujar Roselyn. Menurut Roselyn, penderita autis seringkali berbicara dengan nada yang monoton dan tanpa ekspresi. Terkadang mereka mengulang-ulang perkataan orang lain yang mereka dengar, atau biasa disebut echolalia.

Selain lemah berkomunikasi, penderita autis seringkali bertingkah aneh seperti selalu mengulangi kegiatan yang sama setiap harinya. “Misalnya mereka memakai seragam sekolah. Pertama pakai baju, kedua pakai celana, ketiga pakai sepatu, selalu teratur karena mereka sulit meng-organize,” ujar Roselyn.
Roselyn juga mencontohkan, seorang muridnya yang menderita autis tidak memiliki ketakutan akan bahaya. “Seorang murid saya yang berusia dua tahun suka naik ke lantai empat, mencondongkan tubuhnya ke bawah, hanya untuk mendapatkan sensasi ngeri, dia tidak tahu itu bahaya,” ujarnya.
Selain itu, anak penderita autis juga memiliki obsesi berlebih terhadap sesuatu. Misalnya mereka terobsesi terhadap angka, maka mereka akan terus memperhatikan angka-angka, atau terobsesi terhadap tali, mereka akan memaimkan tali terus menerus. “Penderita autis juga peka terhadap sentuhan. Mereka bisa tersakiti hanya karena sentuhan kecil,” katanya.



Meskipun demikian, ada kelebihan unik yang dimiliki anak penderita autis. Mereka dapat mengingat informasi secara detil dan akurat. Ingatan visual mereka juga sangat baik dan mampu berkonsentrasi terhadap subyek atau pekerjaan tertentu dalam periode yang lama.
Anak penderita autis membutuhkan perlakuan khusus dan penanganan sejak dini. Ada beberapa penanganan yang dapat dilakukan seperti memberikan pendidikan khusus, occupational therapy seperti terapi untuk penderita stroke, terapi bicara dan terapi bahasa, terapi fisik dengan melatih
otot-otot mereka, applied behavioral analysis untuk membantu mengenal perilaku mana yang positif atau negatif, picture exchange communication system, yang merupakan metode belajar melalui gambar, mengekspresikan kata melalui gambar yang mudah ditangkap penderita autis.
TAK hanya anak normal yang berhak mendapat pendidikan, anak penyandang autis pun memiliki hak yang sama. Pemerintah malah mengimbau kepada para penyandang autis harus mendapatkan perhatian khusus.

Undang-undang mengatakan bahwa semua warga Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang sama. UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003 mengamanatkan pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan bagi semua masyarakat. Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen) Departemen Pendidikan Eko Djatmiko Sukarso mengatakan, ”Pemerintah mengakui dan melaksanakan pendidikan khusus (PK) dan pendidikan layanan khusus (PLK) bagi penyandang autis,”sebutnya. Menurut dia, semua hal yang terkait dengan pembelajaran untuk anak-anak autis berpedoman kepada Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).Namun begitu, Eko menyebutkan, Diknas memberikan kebebasan kepada masing-masing sekolah untuk menentukan kurikulum bagi penyandang Autis.Alasannya, karena setiap sekolah memiliki kebutuhan yang berbeda dalam mendidik penyandang autis.

Untuk memastikan penyandang autis mendapatkan pendidikan dengan kualitas yang baik, Diknas telah mengisyaratkan kepada semua sekolah autis di Indonesia agar tidak mempekerjakan guru yang tidak memiliki sertifikat yang terkait dengan penyandang autis. Penyandang autis harus mendapatkan perhatian yang khusus. Data yang dimiliki Departemen Nasional menyebutkan, jumlah penyandang autis yang mengikuti pendidikan layanan khusus ternyata masuk lima besar masyarakat.
Di Indonesia, sekolah yang khusus menangani autis hingga kini berjumlah 1.752 sekolah. Jakarta sendiri memiliki 111 sekolah untuk para penyandang autis. Sudah barang tentu kurikulum dan pendekatan yang diberikan sekolah berkebutuhan khusus ini pun berbeda dari sekolah pada umumnya. Psikolog dari sekolah khusus autis Mandiga Dyah Puspita mengatakan, kurikulum untuk autis, bahkan dibuat berbeda untuk tiap individu. Mengingat masing-masing individu memiliki kendala dan kebutuhan tersendiri. Misalnya ada anak yang butuh diajarkan komunikasi dengan intensif,ada yang perlu belajar bagaimana mengurus dirinya sendiri. Sementara ada pula yang perlu hanya fokus pada masalah akademis. Untuk itu,beragam terapi yang berbeda pun diberikan kepada anak-anak penderita autis.Kepala Sekolah AGCA Centre Bekasi Ira Christiana mengatakan, sekolahnya memiliki berbagai macam bentuk terapi bagi penyandang autis.
Di antaranya, terapi terpadu, wicara, integritas,dan fisioterapi.”Terapi apa yang diberikan tergantung dari kondisi anaknya,”katanya. Perlakuan terhadap penyandang autis di atas umur lima tahun, berbeda dengan penyandang autis di bawah umur lima tahun.Terapi penyandang autis di atas umur lima tahun lebih kepada pengembangan bina diri agar dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. ”Ini wajib hukumnya karena mereka sudah waktunya untuk sekolah,” ujar Ira. Jika penyandang autis yang berumur di atas lima tahun belum bisa bersosialisasi sama sekali,maka akan diberikan pelatihan tambahan yang mengarah kepada peningkatan saraf motorik kasar dan halus. Sebaliknya, penyandang autis yang sudah bisa bersosialisasi, maka akan langsung ditempatkan di sekolah reguler. Dengan catatan, mereka harus tetap mengikuti pelajaran tambahan di sekolah khusus penyandang autis. Penyandang autis di bawah lima tahun diberikan terapi terpadu seperti terapi perilaku dan wicara. Terapi perilaku bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan,meniru, dan okupasi.Terapi wicara dimulai dengan melakukan hal-hal yang sederhana, seperti meniup lilin, tisu, maupun melafalkan huruf A dan melafalkan konsonan. Bagi pelaku pendidikan yang berkecimpung dalam dunia pengajaran untuk anak autis ini mengaku, mereka mendapatkan kebahagiaan tersendiri bila melihat siswa didiknya ditempatkan di sekolah reguler.”Itu berati kami berhasil mendidik mereka (siswa) sehingga mereka dapat bergaul dengan teman yang normal,”kata Ira. Rasa senang tak pelak menghampiri Ira jika siswa didiknya mengalami kemajuan yang pesat. Seperti jika mereka mampu menyebut kata mama atau papa. Menurut Ira,kemajuan setiap anak berbeda, tergantung dari kemampuan mereka menerima rangsangan dari luar. Di tengah segala keterbatasan yang dimiliki, anak-anak berkebutuhan khusus pun memiliki bakat tersendiri. Di sinilah peran orang tua untuk melihat secara jeli bakat yang dimiliki anak.

Theresia Tristini menyadari bahwa putranya, Ryan, memiliki bakat melukis. Kendati penyandang autis,dengan lincah Ryan mengoleskan kuas di atas kanvas.”Lewat melukis,Ryan seakan mengomunikasikan pikirannya dan membuatnya menjadi ekspresif,”ujarnya. Menurut pelukis Alianto yang kerap mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus, pada usia lima tahun mereka sudah dapat diarahkan untuk melukis. Dan jika kemampuan itu terus diasah, dalam kurun waktu hampir empat tahun, para pelukis muda yang menyandang autis tersebut, telah dapat melukis dengan lebih baik. ”Tergantung dari si anak sendiri,” kata Alianto yang juga merupakan pemilik Rumah Belajar ini. Alianto mengaku, untuk membimbing anak-anak berkebutuhan khusus ini tidaklah mudah.Karenanya, membutuhkan pendekatan tersendiri agar si anak mau melukis dan dapat bekerja dengan fokus. ”Awalnya saya menyuruh mereka menggambar sebuah objek. Lalu saya bilang, ‘kalau hanya satu gambarnya kurang bagus’.Mereka lalu menggambar objek lain untuk melengkapi lukisan,”ujar Alianto. Alianto menambahkan, sebenarnya setiap anak yang sedang melukis, sebaiknya didampingi orang tua.Terlebih lagi mereka yang berkebutuhan khusus tersebut. Sayangnya, masih banyak orang tua dari anak berkebutuhan khusus ini, yang tidak memperhatikan pentingnya ihwal pendampingan tersebut dan hanya menyerahkan sepenuhnya kepada guru lukisnya. Hal ini dibenarkan ketua Yayasan Autisma Indonesia dr Melly Budhiman. Menurut dia, proses pendampingan tersebut bertujuan memberikan motivasi kepada sang anak dalam mengembangkan karya mereka. Bagi anak-anak berkebutuhan khusus ini,melukis bukan sekadar pemuas hobi. Lebih dari itu,melukis berfungsi sebagai terapi untuk melatih motorik si anak.

Kasih sayang serta kesabaran ekstra merupakan pendekatan yang kerap terabaikan dalam pendidikan anak autis di sejumlah klinik terapi. Karena upaya membentuk perilaku positif terhadap mereka tanpa sadar cenderung bernuansa kekerasan, maka anak menjadi trauma, takut mengikuti terapi, atau orangtuanya yang tidak terima.”Bahkan, terkesan pembentukan perilaku pada anak autis seperti mendidik perilaku hewan. Misalnya, menyuruh duduk dengan mata melotot, bentakan, teriakan. Kalau tidak menurut disentil, dijewer, dan tindakan kekerasan lain,” ungkap psikolog anak Dra Psi Hamidah MSi dalam seminar “Pendidikan Anak Autis dengan Pendekatan Humanistik” yang digelar Perhimpunan Autisme Indonesia pada Kongres Nasional Autisme Indonesia I di Jakarta, Sabtu (3/5). Autisme merupakan gangguan perkembangan neurobiologis yang berat atau luas, dan dapat terjadi pada anak dalam tiga tahun pertama kehidupannya. Penyandang autis memiliki gangguan berkomunikasi, interaksi sosial, serta aktivitas dan minat yang terbatas serta berulang-ulang (repetitif). Gejalanya misalnya, anak tidak bisa bicara atau terlambat bicara, bicara dengan bahasa yang tidak dimengerti, tidak mau kontak mata, tidak mau bermain dengan teman sebaya. Ada juga yang gemar melakukan aktivitas berulang-ulang tanpa mau diubah, terpukau pada bagian-bagian benda, seperti senang melihat benda berputar, jalan berjinjit, menatapi telapak tangan, serta berputar-putar. Hal tersebut membuat anak autis seperti hidup pada dunianya sendiri.Metode yang sering diterapkan untuk membentuk perilaku positif pada anak autis, yaitu Applied Behavior Analysis (ABA) atau metode bivavioristik yang dikenalkan Prof Dr Lovaas di Amerika Serikat. Metode bertujuan membentuk atau menguatkan perilaku positif anak autis dan mereduksi perilaku negatifnya. Namun, pada pelaksanaannya tidak jarang terapis menerapkannya dengan cara-cara yang relatif keras.”Memang benar harus tegas dan konsisten. Tetapi juga harus telaten, sabar, dan penuh kasih sayang. Prinsipnya mengajarkan dengan perasaan. Metode ABA sebenarnya tidak keras seperti itu. Dengan pendekatan lebih manusiawi, kita bisa membentuk perilaku positif pada anak autis,” kata Hamidah. Menurut dia, apa yang diajarkan terapis harus dilanjutkan orangtua di rumah. Tanpa peran orangtua itu bisa sia-sia. “Waktu di tempat terapi paling hanya empat jam. Sisanya ketelatenan dan kesabaran orangtua sangat amat penting demi kesembuhan dan perkembangan si anak,” tegas Hamidah.
Namun, sejauh yang diketahuinya biaya terapi di berbagai klinik terapi di Indonesia masih relatif mahal sehingga hanya mampu menjangkau kalangan mampu.

Oke, agak panjang dan lebih serius bukan!! Sekarang coba deh kita lihat dari perspektif yang lebih sederhana lagi. Penderita autisme itu ga mungkin cuma orang-orang mampu saja bukan? saya yakin banyak orang yang kurang mampu yang tidak dapat memberikan perawatan autisme terhadap buah hati mereka. Padahal jika telah terdeteksi sejak dini, dan dapat ditangani sejak usia awal pertumbuhannya makan penderita autisme masih memiliki harapan untuk dapat lebih maju dan berkembang dengan baik sesuai dengan kemampuan mereka. Bagaimanapun juga penderita autisme juga lah manusia, yang juga punya hak untuk dapat penghidupan serta pendidikan yang layak sesuai dengan kemampuan dasar mereka. 



Sebenernya saya dah punya ide ini dari SMP, ketika saya pertama kali mendengar tentang autisme. Tadinya saya pikir saya juga penderita autisme, karena saya memiliki beberapa karakteristik yang dimiliki oleh seorang penderita autisme, namun ternyata saya cuma seorang anak pemalas yang cuek hahah.. (kok jadi curhat gini) oke, kembali ke ide saya.. hehehe.. maap2.. 

Sayangnya saya bukan seorang anak pejabat yang kelimpahan dana bank century jadi saya ga mungkiin bisa langsung membangun sebuah sekolah TK dengan fasilitas lengkap ditambah uang saku untuk para murid (gile, itu dana bank century gede banget pastinya yah) haahha.. bodo ah.. yang pasti mungkin perjuangan saya bisa saya awali dengan hanya membuat tulisan tentang ide ini, sukur-sukur idenya dicuri sama orang kaya (dengan tujuan yang sama yah tentunya), jadi saya cuma sumbang ide ajah. Begini, menurut saya konsepnya cukup sederhana, dan langkah-langkah yang perlu dijalani tidak terlalu rumit. Pertama tentu kita harus membuat sebuah riset, mungkin tarikan sederhananya adalah tentang hubungan antara jumlah penderita autisme pada anak dengan ketersediaan lembaga-lembaga pendidikan yang khusus menangani masalah autsime, terutama pada anak. Hal ini menjadi perhatian banget buat saya. Karena saya tahu betul, biaya untuk terapi autisme itu ga murah.. oke, saya yakin ada yang murah, tetapi mungkin sosialisasinya belum berjalan dengan baik. Jadi banyak orang yang kurang paham tentang masalah ini. Hal ini menjadi masalah yang serius ketika kita meninjau dari sudut pandang ilmu komunikasi. Tapi kita ga akan membahas masalah itu, udah banyak orang yang jago soal itu. Saya cuma mau ajak temen-temen berpikir sederhana ajah, berpikir untuk bisa membantu sesama tapi ga sekedar membantu untuk menyumbang uang, tapi juga menyumbang pemikiran-pemikiran brilian yang temen-temen punya untuk membantu mewujudkan konsep ini.

Jadi saya tunggu ide-ide brilian temen-temen.. hehehe.. 

Minggu, 21 April 2013

KARTINI oh KARTINI

Sedikit berbagi cerita lagi, lumayan nih buat bahan bacaan dikala temen-temen lagi santai. hehehe.. iseng2 berhadiah! 

Pada tanggal 21 April, Belanda tidak memperingati hari Kartini, seperti di Indonesia. Namun demikian nama Kartini cukup dikenal di Belanda sebagai pejuang hak-hak perempuan. Bahkan beberapa kota Belanda memiliki nama jalan R.A . Kartini.

Di Utrecht Jalan RA Kartini atau Kartinistraat terletak di kawasan tenang dengan perumahan apik dan kebanyakan dihuni kalangan menengah. Jalan utama ini berbentuk 'U' yang ukurannya lebih besar dibanding jalan-jalan yang menggunakan nama tokoh perjuangan lainnya seperti Augusto Sandino, Steve Biko, Chez Geuvara, Agostinho Neto.

Di Venlo Belanda Selatan, RA Kartinistraat berbentuk 'O' di kawasan Hagerhof, di sekitarnya terdapat nama-nama jalan tokoh wanita Anne Frank dan Mathilde Wibaut.

Di Amsterdam, ibukota Belanda, juga mengabadikan nama penjuang hak-hak perempuan Jawa di abad 17 itu. Wilayah Amsterdam Zuidoost atau yang lebih dikenal dengan Bijlmer, jalan Raden Adjeng Kartini ditulis lengkap. Di sekitarnya adalah nama-nama wanita dari seluruh dunia yang punya kontribusi dalam sejarah: Rosa Luxemburg, Nilda Pinto, Isabella Richaards.

Paling menarik mengamati letak jalan Kartini di Haarlem. Di sana jalan Kartini berdekatan dengan jalan Mohammed Hatta, Sutan Sjahrir dan langsung tembus ke jalan Chris Soumokil presiden kedua RMS (Republik Maluku Selatan.).

Di Belanda, tanggal 21 April tidak ubahnya dengan hari-hari lainnya. Pasangan Peters yang tinggal di Kartinistraat di Utrecht tahu bahwa Kartini adalah seorang Jawa yang berjuang untuk persamaan hak wanita. Mereka juga tahu bahwa Kartini adalah wanita Jawa pertama yang menuntut pendidikan yang lebih tinggi. Ia menyayangkan bahwa Kartini meninggal pada usia yang terlalu muda. "Dia adalah pejuang persamaan derajat pria dan wanita. Sayang sekali dia meninggal pada usia muda," kata Peters. Selebihnya mereka tidak tahu bahwa tanggal 21 April adalah hari kelahiran pahlawan Indonesia ini.

21 April di Inggris
Hanya Inggris yang menjadikan tanggal 21 April sebagai hari besar. Bukan memperingati hari Kartini, tetapi merayakan hari kelahiran Ratu Elizabeth II. Ratu keturunan ke empat dari dinasti Windsor itu lahir pada 21 April 1926 di London. Ultah Ratu Britania, Elizabeth dirayakan dua kali setahun. Sekali di lingkungan keluarga pada tanggal 21 April, dan perayaan publik secara nasional pada bulan Juni, karena cuaca lebih baik dan panas. Ratu Inggris itu lahir 45 tahun setelah Kartini.

Salah Arti
Raden Adjeng Kartini lahir pada 21 April 1879 Jepara, Jawa Tengah dan meninggal pada usia 25 tahun. Ia berhasil menunjukkan pada dunia bahwa wanita pribumi jawa juga punya pemikiran-pemikiran dan pandangan yang maju. Salah satu buku karya RA Kartini ditulis dalam bahasa Belanda, "Door duisternis tot licht" diterjemahkan salah menjadi, "Habis Gelap Terbitlah Terang". Paling tidak itu menurut Dr. Liliek Suratminto, pakar Sastra Belanda di Indonesia. 'Door duisternis tot licht' menurut pakar budaya Belanda itu lebih cocok diartikan lain. "Jadi sebenarnya 'Melalui kegelapan menuju ke arah yang terang' kalau 'Habis Gelap Terbitlah Terang' itu lebih cocok sebagai slogan PLN (Perusahaan Listrik Negara red.)" Menurut Suratminto, sebenarnya tekanannya harus lebih pada perjuangan. "Terang itu didapat melalui jalan yang gelap dulu baru mendapat titik terang, itulah yang dicita-citakan Kartini," ungkap dosen Universitas Indonesia itu.

Sabtu, 20 April 2013

Wanita, Uang, dan Kartini

Survei menunjukkan setengah dari wanita Indonesia tidak memiliki rencana keuangan. Padahal wanita merupakan 'Direktur Keuangan' yang memiliki posisi paling penting dalam keluarga.

Padahal emansipasi wanita kini sudah menjadi hal yang tak terbantahkan lagi. Saat ini, semangat Kartini dicerminkan melalui peran wanita Indonesia dalam bentuk pergerakan hak dan keadilan yang diekspresikan di kehidupan ekonomi, sosial dan politik, namun untuk permasalahan keuangan, boleh dibilang para kaum hawa tidak memiliki kompetensi yang sepadan.

Hasil survey Citibank Indonesia dalam Citi Fin-Q (Financial Quotient) 2009 yang melibatkan responden wanita menunjukkan bahwa separuh wanita Indonesia tidak mempunyai rencana keuangan. Sebagian yang telah mempunyai rencanapun belum tentu melaksanakan rencana keuangannya.

Mengapa wanita Indonesia belum mandiri secara finansial? Berikut 5 alasan utama wanita belum mandiri secara finansial, seperti dikutip dari siaran pers Citibank, Selasa (20/4/2010).

1. Terbuai Asmara

Pada umumnya, saat memasuki jenjang pernikahan, wanita mempersilakan pria untuk bertanggung jawab soal keuangan. Banyak wanita yang diajarkan, bahkan bercita-cita untuk bergantung semata pada pasangannya. Kaum pria sering dianggap lebih memiliki kemampuan untuk memperoleh penghasilan dan bertahan dalam kondisi sulit (survive) sementara wanita tidak. 

Dalam beberapa kebiasaan ataupun tradisi yang dianut di Indonesia, wanita dituntut untuk menurut saja pada suami dengan imbalan proteksi dari segi keuangan. Ketergantungan ini membuat wanita tidak siap jika pasangan mereka kehilangan pekerjaan, mengalami kecelakaan, atau meninggal dunia – sehingga menyebabkan seorang istri harus mengasuh dan membesarkan anak seorang diri.

Untuk itu hidup di zaman sekarang, wanita semakin dituntut untuk mandiri dan saling mendukung dalam kehidupan berkeluarga. 

2. Terlalu Muda Untuk Menabung

Pada saat masih berusia muda, umumnya wanita tidak menaruh prioritas untuk menabung demi masa depan. Wanita lebih mementingkan pengeluaran untuk memperbaiki penampilan dan memperoleh hal-hal yang tidak dimilikinya saat masa kanak-kanak. Kecenderungan ini pada akhirnya menjurus pada kebiasaan belanja kompulsif. Dengan berjalannya waktu, jumlah pengeluaran semakin meningkat dan semakin sulit untuk menciptakan kebiasaan menabung.

Hal yang terbaik untuk mengajarkan nilai uang pada generasi muda adalah dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk mulai bekerja selepas usia remaja dan membiasakan mengelola keuangan pribadi.

3. Tergoda Belanja dan Terlilit Utang

Iklan dan promosi untuk kecantikan, fashion dan kebutuhan rumah tangga semakin meningkatkan selera belanja wanita. Hal ini membuat para wanita merasa bahwa mereka memiliki kendali terhadap pengeluaran, tetapi sayangnya belanja kompulsif ini semakin menggali utang lebih dalam.

4. Terintimidasi Sukses 

Walaupun tingkat penghasilan wanita cenderung lebih rendah daripada pria, kaum wanita terus memperjuangkannya di dunia kerja. Namun kesuksesan di dunia kerja dapat membawa keretakan pada hubungan rumah tangga. 

Wanita yang memiliki penghasilan lebih tinggi dari pasangan, tangkas menangani pengeluaran dan mengendalikan uang rumah tangga sering dianggap agresif dan tidak feminin baik di mata laki-laki maupun sesama wanita. Untuk menjaga hubungan rumah tangga, terdapat sejumlah wanita yang merelakan hak finansialnya demi keutuhan keluarga. 

5. Terdorong untuk Membantu Orang Lain

Wanita selalu mengutamakan suami, anak, orangtua, anggota keluarga bahkan orang-orang yang tidak mampu. Membantu orang lain memberikan rasa bermanfaat dan rasa senang karena telah berbuat baik pada orang lain. Terkadang wanita melupakan dirinya sendiri, sehingga pengeluaran untuk orang lain terus berjalan dan hal ini sangat berbahaya jika ia dan keluarga terlilit utang. 

Untuk melanjutkan semangat Kartini guna menciptakan kemandirian wanita Indonesia, maka seyogyanya wanita memperhatikan pengelolaan keuangan. Perlu dilakukan skala prioritas dalam mengatur pengeluaran sehari-hari, sehingga sebisa mungkin mementingkan fungsi daripada sekedar gengsi. 

Wanita juga perlu menanam kebiasaan menabung dan berinvestasi, menyiapkan dana darurat dan hidup seimbang dengan mementingkan kebutuhan pribadi dan keluarga. 

Kemandirian finansial bukan sebatas tidak bergantung pada pasangan, tetapi juga memahami bahwa wanita dapat mengelola finansial secara mandiri. 

Selamat Hari Kartini!

Kamis, 11 April 2013

Susahnya Nyari Duit (kalo gampang mah ga seru)

Sebenernya gue ga tau mau nulis apaan, dari tadi gue baca tulisan-tulisan gue (kesannya ada ratusan) dan ternyata tulisan gue itu semua ngga jelas! hahaha.. kebanyakan buah pikiran gue yang emang udah tingkat kabupaten dan kotamadya. Gue kerja di sebuah PR agency yang cukup ajaib sebenernya, kami se-kantor itu cuma 7 orang (terakhir sih dah nambah jadi 10 orang) dan klien serta project kami itu bener gila2an dengan superbrand nasional dan internasional menjadi klien2nya. Dan gue adalah satu-satunya manusia di divisi gue, yaitu digital PR (whatever that means) dan urusan gue belakangan adalah dengan temen-temen bloggers. dari segelintir yang gue ketemu, gue melihat kalo mereka actually do make a living out of it (blogging) dan bagus banget lho! bahkan ada satu blogger (yang katanya udah tingkat internasinal) men-charge cukup tinggi untuk satu blog post (+/- USD 500) buset dah itu dah gaji karyawan sebulan! dan dia bisa nge-blog dengan payment segitu minimal 4x se-bulan. KONYOL banget ngga sih! yah, sudah seperti itulah brand dan PR melihat potensi para bloggers ini, value mereka menjadi lebih besar di banding media cetak atau elektronik.

Selasa, 09 April 2013

KORUPSI PALING POSITIF SEMANA?

oke, ini sih cuma buah pikiran ajah, coz ngeliat kasus yang lagi seru (sampe cenderung ngebosenin) itu masih ajah bergulir seperti bola salju. gue coba menarik permasalahan ini dari kata kunci bertahan hidup. dari dulu banget sampe sekarang, kerjaan manusia itu cuma bertahan hidup. karena hidup itu menyenangkan, hidup itu penuh harapan, dan hidup itu, walau kadang menyebalkan, adalah perjuangan. jadi banyak orang memperjuangkan hidup dengan segenap jiwa dan raga. 

jurus-jurus bertahan hidup meliputi banyak hal, dari yang paling alamiah, hingga yang paling modern.. dari yang paling suci, hingga yang paling kotor. semua itu dilakukan manusia hanya untuk bertahan hidup. hmmm.. coba kita soroti permasalahan bertahan hidup dengan cara yang KOTOR.. hahaha itu cara yang (mungkin sekarang) paling banyak dilakukan manusia. mati-matian orang bertahan hidup, dengan menempuh segala resiko yang ada hanya untuk sebuah penghidupan yang lebih layak. tapi jika fungsinya sudah bergeser, dari sekedar menyambung hidup hingga menjadi memperkaya hidup, maka saya rasa semua sepakat untuk menyebut itu tindak kriminal, karena tidak adil. oke, ketidak adilan menjadi dasar lain dari permasalahan yang sedang kita telusuri ini. 

apakah anda pernah tahu gaji pegawai negri sipil golongan rendah hingga menengah? well, agak ironis memang, nilainya tidak lebih dari 2 juta. baik, jika dibagi 2 juta untuk penghidupan satu individu di kota besar seperti jakarta, mungkin bisa, namun itu juga masih pas-pas an. lalu bagaimana untuk penghidupan satu keluarga, 2 juta sajah apakah cukup? ya, jika anda tinggal di daerah dan tuntutan secara sosial dari orang2 sekitar tidak terlalu menjadi beban. namun jika anda tinggal di jakarta, sebut saja di daerah lorong-lorong sempit atau di pinggiran jakata, tuntutan tersebut menjadi sangat besar.. sebagai contoh, tetangga anda, yang rumahnya juga tidak lebih luas dari kontrakan yang sedang anda tempati, katakanlah demikian, hidup dengan pas-pas an namun memiliki seperangkat telpon genggam yang canggih, walau mungkin pulsanya minim, hingga anaknya pun tidak pernah melewati satu hari untuk tidak mengutak atik telpon genggam pribadinya. atau tetangga anda yang lain yang memiliki satu unit motor baru, yang bisa didapat hanya dengan membayar kurang dari Rp.500.000? mengapa semua itu dapat mereka miliki sedangkan anda tidak?

KORUPSI, mungkin kah itu jawabannya? belum tentu.. 


dalam tulisan saya yang berikutnya saya akan mencoba menjabarkan bagaimana mensiasati kondisi perekonomian kita dengan KORUPSI POSITIF. saya yakin anda penasaran. ini cuplikannya..



kita harus kembali ke konsep pemikiran awal, tentang KORUPSI POSITIF. KORUPSI POSITIF adalah kegiatan yang serupa dengan kegiatan korupsi, namun meiliki nilai lebih, sehingga nilai tersebut mendorong konsep KORUPSI ke arah yang rasiona, positif, dan membangun. aneh memang, oleh karena silahkan anda nantikan tulisan saya yang berikutnya. saya yakin anda akan terkesima, dan mejadi seorang KORUPTOR POSITIF. 

Senin, 08 April 2013

Live Blog at Starbucks

Entah kenapa STARBUCKS itu seperti punya magnet untuk manusia-manusia beriman lemah seperti saya. Saya selalu terpanggik untun menyeruput nikmat Americano atau Cafe Misto di sini. Padahal itu adalah minuman paling murah dan ga premium. But I like it. Rasa bersalahnya mungkin seperti makan Junk Food.

Hampir setiap hari saya menikmati indahnya aroma kopi STARBUCKS hampir di mana saja, baik di mall, kantor, dan bahkan di jalan TOL!! Seorang teman yang datang dari luar negeri cukup terkejut dengan layanan Starbucks drive thru (gimana kalo dia lihat pelayanan SIM dan STNK drive thru yah) anyway, STARBUCKS emang fenomenal banget. Mereka adalag toko dengan gerai terbanyak di dunia ke 2 setelah McD dan masih terus tumbuh. Kebayabg ngga betapa cintanya manusia terhadap kopi? Manusia bahkan sampai di titik dimana mereka tidak bisa berpikir tanpa kopi! Dorongan kafein itu terlalu dahsyat untuk dilewatkan. Untungnya saya tidak termasuk yang seperti itu hahaha..

Saya hanya menikmati sejumput kopi internasional ini kala saya merasa haus.. Haus IDE hahaha sama ajah ya.

Terima kasih