Salah satu hal yang menurut gue membedakan liburan dengan petualangan adalah, pada saat liburan, semua sudah terencana, well kecuali ada force majeur lah yah, sedangkan jika kita berpetualang, kadang kita ngga tau apa yang akan kita hadapi di tiap jengkal jarak yang kita tempuh. Malah, kadang tujuannya sendiri tidak terlalu jelas, karena yang penting adalah perjalanannya buka tujuannya, itu seni dari berpetualang...
oke, cukup soal teori petualangan bla bla bla preett... gue ada cerita (yang mungkin) menarik.. Begini ceritanya;
Waktu itu kami ber 6 (gue, Ade, Aji, Sherly, Abe, dan Ino) berencana untuk liburan, yang akhirnya malah jadi berpetualang (baca=nyasar). Tujuan awal kami adalah obyek wisata yang lagi hits banget dikalangan anak muda, orang tua, dan banci taman lawang (ya, ga juga lah yah) yaitu THE GREEN CANYON dan PANTAI BATU KARAS. Bermodal nekat, denger-denger cerita orang, dan perangkat (yang seharusnya) canggih (iPad, iPhone, Onyx2 dengan GPS terbaru) kami berangkat menuju obyek tersebut. Perjalanan cukup lengang mengingat long weekend di depan kami, sampai akhirnya kami tiba di daerah Malangbong, dimana terjadi antrian yang sangat panjang (sampe ga keliatan ujungnya sob! sumppah). Kabar yang gue baca di twitter adalah, ada perbaikan jalan (tau gitu mending ga usah dibenerin tuh jalan), lalu dari sopir bus yang datang dari arah yang berlawanan, informasinya beda lagi, sekarang macetnya karena ada mobil tronton terbalik. Dan sampe detik ini saya bener-bener ga tau mana info yang bener. But I don't care.. lalu dengan sigap, gue puter balik tuh mobil, balik lagi ke arah garut. Dengan bantuan mbah Google Map kami tiba di kota garut, udah pagi tuh. Google map bilang, kami harus ngikutin jalan terussssss.... dan pilihan jalan terdekat adalah melewati kawasan pegunungan, daaan kami ikuti petunjuk mbah google. Sampe di daerah yang namanya Manonjaya (aneh yah), petunjuknya dah bener banget, sampe akhirnya mbah google bilang kita harus belok kanan, DAAAAAAAN belok kanan itu artinya kita harus NABRAK RUMAH ORANG alias GA ADA JALANNYA!!! Ok, berhubung iman masih kuat, kami memutuskan untuk berhenti sejenak dan berdoa bersama (ga juga sih), kita NEKAD untuk menempuh jalan alternatif karangan bebas kami sendiri.. yang akhirnya pun kembali ke jalur yang dititahkan mbah google (yay!). Jalannya membelah gunung dan bukit, ga yakin juga nama daerahnya yang pasti kami jalan terrrrrrruuuuuuuusssssssssssss sampe berjam-jam dan kami akhiirnya mulai mual, dan akhirnya memutuskan untuk berhenti dan foto2 (entah apa hubungannya sama mual2 gue juga ga ngerti)
Langitnya cerah banget tuh, asumsi gue pribadi sih kita udah deket laut, "
i can smell the ocean from here" dan dari sejak gue ucapin kata-kata itu, kita baru ketemu laut sekitar 4 jam kemudian. WE ARE PRACTICALLY LOST, tapi ga peduli, karena apa????? KAMI BERPETUALANG!!!! (nyeneng2in hati ajah, padahal mah udah stress). Sebenernya
view yang kami dapet cukup lumayan untuk mengobati mata yang udah mulai perih menatap jalan. Tiba lah kami di daerah yang bernama CIKATOMAS (
damn!! menurut gue ini adalah nama daerah dengan kata depa "CI" yang paling bagus se-PULAU JAWA. Terdengar seperti sebuah brand wine tradisional gitu ga sih (ga yah.. ), sambil nyetir gue mengkyahal tentang sejarah nama cikatomas.
Teori gue, Cikatomas berasal dari nama sepasang kekasih yang cintanya tidak direstui orang tua, lalu mereka kabur ke daerah ini, lalu di desa ini mereka merajuta cinta kasih yang indah, dimana mereka berkebun dan membangun desa ini menjadi salah satu sentrak kekuatan ekonomi di Asia Tenggara (ga segini juga sih)
OKEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE.... Lanjut.
akhirnya, AKHIRNYA!!! kami berjumpa dengan pesisir pantai selatan! (langsung berasumsi kalo Batu Karas udah deket) kami lanjutkan perjalan, melewati jalan yang bener2 menyisiri pantai selatan. Jalannya agak rusak, tapi masih bisa dilewatin sama mobil kami, sepanjang jalan banyak lokasi pertambangan pasir yang awalnya gue pikir pasir biasa, ternyata itu pasir besi. KATANYA sih penambangan itu ilegal, karena sebenernya pasir besi itu gunanya untuk menahan abrasi laut, karena pasir besi tidak akan terbawa ombak kembali ke laut. but what do they care, Pasir2 itu katanya langsung diekspor. Belom pernah ada yang bisa "mengusik" ketentraman pengusaha2 ini untuk meggerus pantai selatan tercinta kita, yaaahhhh.. no komen deh soal ini. Anyway, perjalanan kami lanjutkan, hingga akhirnya secara tidak sengaja gue melihat sebuah papan billboard yang udah usang banget, tulisannya "OBYEK WISATA PANTAI TAWULAN", hmmm.. entah kenapa kaya ada yang menarik tentang pantai ini, dan berhubung gue yang nyetir jadi yaaaaaaaa... gue belok dehhh heheheheh.. jalan masuknya langsung nanjak, trus drop turunan terjal, dan gue bertanya pada diri gue sendiri "ini kah rasanya cinta... oh ini kah cinta.... " eh, bukan itu, "hmm.. ini pantai tapi kok jalannya nanjak terus yaahhh.. apa dari tadi gue jalan dibawah laut???? NGERI". Sampai akhirnya tiba di sebuah lahan parki seluas ga lebih dari setengah lapangan bola. Dikelilingi banyak pohon sejenis pandan tapi tingginya mencapai 3-5 meter (dan katanya itu tumbuhan endemik daerah pantai karang tawulan. Fasilitasnya sih sangat memadai, GA LAH, ancur malah.. banyak coret2an di mana2, tapi untungnya ga banyak sampah beredar. setelah kami turun dari mobil, padangan saya langsung menuju ke sebuah gardu pandang (yang ga tau, artinya menara tinggi tempat liat2), gue langsung bergegas naik ke sana, barengan sama Aji, dan gue pun menganga.... karena itu sangat bagus banget! gila, hampir sama kaya tanah lot di bali! sangat indah banget gugusan karang yang melapisi bibir pantai, terukir indah oleh hempasan ombak. Ino, yang udah berinisiatif membaca lingkungan langsung mengajak kami turun ke pantai. karena posisi kami di tebing, kami harus menuruni anak tangga ke bawah, sekitar 30 meter. Yang sudah menanti di bawah adalah sebentuk pantai bersih berpasir hitam dengan hamparan karang yangg sangat alami dan indah! Inilah surga yang tersembunyi..
Gue pribadi sih merasa ga menyesal sama sekali udah nyasar ga karu2an gitu, kebayar banget dengan spot yang begitu mayestik seperti ini. Sayang saat itu cuaca sedang kurang bersahabat, tapi untung cuma mendung sih, karena pasti kalo matahari cerah pasti lebih keren lagi tuh.
setelah puas main di pantai kami pun melanjutkan perjalan ke arah batu karas, yang ternyata masih sekitar 26 KM lagi.. yaaahh.. inilah petualangan..